Harus Niat Supaya Sah

Orang-orang yang kenal beneran dengan saya pasti tahu bahwa kelakuan saya jauh beda dibanding tulisan-tulisan saya yang memang suka muluk-muluk. Saya ini malas beribadah. Wudhu aja malas, sampai-sampai saya sering diketawain sama temen saya yang lulusan Gontor. Saya suka marah-marah, saya pelit, saya suka sambat, dan selalu pengen naik gaji dua kali lipat tiap tahunnya. Belum lagi kalau di rumah. Saya suka beralasan sakit perut kalau disuruh nyebokin anak saya yang habis eek. Saya memilih sibuk kerja padahal dapur saya banjir. Ups, katanya membuka aib sendiri itu nggak boleh. Tapi, jangan khawatir. Saya punya aib-aib lain yang jauh lebih gedhe kok. Ini cuma pengen ngasih tahu saja, bahwa saya ini manusia kebanyakan yang banyak salahnya.

Tapi, gimana ya? Saya ini baru rajin sholat lebih dari dua puluh dua tahun yang lalu. Waktu itu saya mengenal Islam dengan utuh untuk pertama kalinya. Dari dulu sampai sekarang, saya tidak berubah. Masih seorang muslim awam yang cukup rajin sholat lima waktu, walau kadang sholat subuhnya jam tujuh. Akan tetapi, baru-baru ini, saya mulai merasakan keindahan Islam. Saya seakan memasuki dunia yang sama sekali berbeda. Tidak berarti saya kemudian jadi mendadak shalih, tidak. Amal saya begini-begini saja tetap. Kalaupun berubah, kayaknya cuman sedikit. Tapi, saya merasa rugi untuk menyimpan apa yang saya rasakan sendirian. Saya ingin membaginya kepada orang-orang terdekat saya.

Kegoblokan itu adalah bahaya dalam beragama. Gara-gara salah kasih fatwa, orang bisa mati. Karena itulah, awalnya saya ragu untuk berbagi. Karena itu, saya cuma berani cerita apa yang saya alami dan saya rasakan dari pengalaman pribadi. Belum tentu itu adalah ilmu. Tapi setiap kali memungkinkan, saya akan kasih tahu dari mana saya mendengar tentang apa yang saya fahami. Mengapa saya akhirnya berani walaupun tahu bahwa ilmu saya pas-pasan? Alasan pertama adalah karena hawa nafsu. Keinginan saya menggebu-gebu untuk berbagi apa yang saya rasakan. Yang kedua, "balighu 'annii walau aayah". Kata nabi, sampaikanlah walau hanya sepenggal ayat.

Tadinya, saya tidak ingin menulis sesuatu yang sangat-sangat serius. Saya memang aslinya suka menulis. Kira-kira beberapa tahun terakhir ini, saya mencoba berburu hobi. Awalnya iseng-iseng ngoding di kala weekend. Ternyata kurang cocok. Bukannya menyegarkan malah membuat mental makin lelah. Kemudian, saya mencoba creative writing. Saya menikmatinya. Hasilnya lumayan bagus, dan punya potensi untuk jadi lebih bagus dari novel-novel sealiran yang pernah saya baca. Tapi, membangun latar itu tidak mudah. Saya harus memaksa kuat-kuat imajinasi saya untuk memberi saya ilham. Tapi ternyata, kekuatan terbesar dari tulisan-tulisan saya muncul ketika saya mengungkapkan hal-hal yang primordial, yang tidak butuh banyak rekayasa. Akhirnya, jadilah ini hobi baru saya. Kayaknya, hobi terkahir ini paling bikin hepi dibanding hobi-hobi sebelumnya

Saya akan berbagi dengan cara, "kelakon ora kelakon waton alon-alon". Mau akhirnya kesampaian atau tidak, yang penting pelan-pelan dimulai dengan sungguh-sungguh. Seperti kata salah satu ulama favorit saya Syaikh Hamza Yusuf, beragama itu pelan-pelan saja, disesuaikan dengan perkembangan jiwa orangnya. Bismillahirrahmaanirrahiim, saya akan berbagi keindahan Islam kepada siapa saja yang mempir ke sini dan membacanya.